Search

+62-274-284 0056

Search
Close this search box.

Aktivitas Sigab

Share halaman ini ke:

Persaingan Politik dan Besarnya Stigma Buruk Terhadap Difabel di Lingkungan Pemerintah Bengkulu, Menjadi Tantangan Berat Bagi Kawan Difabel Untuk Mendapatkan Hak dan Akomodasi Yang Layak.

Perjalanan di akhir tahun 2024 ini membawa saya pada sebuah perjalanan ke daerah  Sumatera yaitu Kota Bengkulu tempat yang terkenal dengan bunga raflesia arnoldy nya yang langka, berangkat pada tanggal 3 Desember 2024 bersama dengan 2 teman lainya yaitu fahri sebagai PO program GOOD yang menjadi koordinator Organisasi Difabel Mitra Program GOOD Region Barat dan Tio Tegar sebagai Narasumber yang akan hadir pada acara yang dilaksanakan di Bengkulu bersama dengan teman-teman mitra PMMI Bengkulu, pada kesempatan ini Tio akan menjadi narasumber yang menceritakan pengalamanya mengenai pendidikan inklusif di Indonesia dan diluar negeri saat mengemban pendidikan kuliah S1 Hukum Universitas Gajah Mada dan s2 di Leeds University jurusan International Human Rights Law dengan harapan dapat menjadi pemicu semangat bagi teman difabel ataupun orangtua dengan anak difabel agar lebih percaya diri di dunia pendidikan.

Setelah 4 jam kami sampai di bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, kami langsung bergegas menuju penginapan yang tidak jauh dari bencoolen Mall tempat kegiatan kami akan berlangsung besoknya, malamnya kami diundang oleh teman-teman PMMI Bengkulu yang ternyata sedang melaksanakan acara di Banceloon Mall yaitu belajar bahasa isyarat bersama dengan para pengunjung di mall, acara di bimbing oleh teman-teman dari Juru Bahasa Isyarat di Bengkulu. Para pengunjung ternyata sangat antusias dan ingin mencoba berkomunikasi menggunakan Bahasa Isyarat dimulai dari memperkenalkan diri dan mengeja nama, Kegiatan ini berakhir pada pukul 21.00 WIB ditutup dengan bahasa isyarat kepada para pengunjung, setelah kegiatan kami berlanjut ngobrol santai dengan teman-teman PMMI Bengkulu terkait proses pendekatan mereka dengan instansi pemerintahan di Bengkulu terkait akomodasi yang layak bagi difabel.

Ternyata perjuangan yang telah mereka lakukan dalam berdialog dengan pemerintah sudah cukup lama dan berat rintanganya, salah satu penyebabnya adalah ketidakstabilan situasi di pemerintahan Bengkulu itu sendiri, dimulai dari seringnya berganti orang dalam suatu jabatan di pemerintahan Bengkulu menyebabkan komunikasi yang sudah dibangun menjadi hilang dan harus dimulai dari awal lagi dengan orang baru yang menjabat, komunikasi yang terus menerus terputus inilah yang akhirnya menjadi kekhawatiran teman-teman organisasi difabel PMMI Bengkulu dalam melihat rencana kedepan, mereka berharap pemerintahan disana tidak menjadikan persaingan politik ini terus membesar dan menghambat jaringan komunikasi untuk menyuarakan akomodasi yang layak bagi mereka baik di Instansi Pemerintahan, lingkungan sosial dan berbagai fasilitas umum lainya, obrolan akhirnya kami akhiri karna besoknya kami harus menjalani kegiatan lagi di mall dengan narasumber Tio Tegar, Silmi dari Dinas Pendidikan dan Ilona Hazli dari aktivis difabel di Bengkulu yang beliau juga seorang difabel daksa.

Pada tanggal 4 Desember 2024, hari Rabu pukul 13.00 acara dimulai dan dibuka oleh teman-teman PMMI Bengkulu sembari memperkenalkan para narasumber yang akan hadir didepan para pengunjung, dengan 3 narasumber salah satunya adalah Tio Tegar sebagai seorang difabel yang mengenyam dunia pendidikan sampai dengan S2 di University of Leeds di UK, proses sharing dan tanya jawab berjalan dengan baik, Tio menyampaikan bahwa kepercayaan diri difabel dalam dunia pendidikan harus dimulai dari dasar yang artinya seorang anak difabel harus disupport sejak kecil untuk percaya diri dan yakin bahwa mereka memiliki hak yang sama dalam belajar, Tio juga menyampaikan bahwa semangat teman-teman difabel harus didukung penuh oleh pemerintahan di daerah tersebut terutama di dinas pendidikan, karna dinas pendidikan sebagai pintu dalam pemerintahan untuk difabel mendapatkan akomodasi yang layak di lingkungan sekolah dan universitas sehingga tidak ada lagi teman difabel yang mendapatkan pembullyan, diskriminasi bahkan penolakan saat ingin bersekolah di sekolah yang sama dengan non difabel, karna bagi Tio jika difabel bersekolah di sekolah khusus belum tentu ada tempat kerja khusus bagi difabel itu artinya mereka tetap harus bertanding di dunia kerja dengan teman non difabel, itulah mengapa sangat pentingnya peran dinas pendidikan untuk mengakomodasi hak yang sama.

Namun selama acara berlangsung saya masih mendengar beberapa ungkapan atau stigma yang tidak baik bagi teman difabel yang mengatakan bahwa “untuk apa mendengarkan penjelasan dari seseorang yang motoriknya tidak lebih dari saya”, yang seharusnya ungkapan ini tidak keluar dari mereka yang sedang diharapkan menjadi garda terdepan memperjuangkan hak difabel dalam dunia pendidikan, nampaknya perjuangan teman difabel di Bengkulu memang harus terus didampingi mengingat kondisi di daerah tersebut masih belum Inklusif bahkan sampai di pemerintahanya, jika tidak maka teman difabel akan semakin kesulitan dalam berkembang dan hidup sejahtera.

Akhirnya acara kami pun selesai walaupun di tengah diskusi salah satu narasumber pergi namun acara tetap berlangsung kondusif dan para pengunjung merasa termotivasi untuk terus memperjuangkan pendidikan anak-anak mereka ataupun mereka sendiri memperjuangkan hak pendidikanya, di saat kami pulang timbul pertanyaan dalam hati saya bahwa “ kenapa stigma difabel selalu mengarah kepada kekurangan, padahal teman difabel selalu menunjukkan kemampuan mereka dalam berbagai bidang yang belum tentu teman non difabel pun mampu, tidakkah mereka memiliki hak yang sama untuk dipandang setara dan kita juga tidak memiliki hak untuk membedakan semua ciptaan Tuhan” semoga pertanyaan ini akan segera berakhir dengan semakin inklusifnya Indonesia baik di perkotaan ataupun desa-desa terpencil yang jauh dari kota.

 

 

Penulis : Phasha

13 Desember 2024

Aktivitas Lainnya